Dunia akademik pernah merubah sikap saya terhadap ibadah shalat jum'at khususnya terhadap khutbah jum'at. Saya selalu gelisah dengan tema-tema khutbah yang menurut saya lebih bermakna mendengar puisi atau membaca cerita. lebih berguna membaca buku-buku filsafat dan buku ilmiah lainnya... Begitulah akhirnya saya lebih senang berceritera dari pada mendengar kicau khutbah, kecuali jika tema khutbah menarik bagi saya, yang tentunya disampaikan oleh orang-orang tertentu yang memiliki reputasi hebat dalam dunia intelektual dan cendikia. Dan teman-teman mungkin juga banyak seperti itu.
Rupanya itulah bentuk kesombongan yang dibentuk oleh saya sendiri setelah mendapat pengaruh dari lingkungan akademik dimana saya berada. Tapi mungkin juga karena tema-tema keihlasan hanya diperbincangkan seadanya dalam memenuhi capaian kurikulum; ikhlas dalam ibadah.
Keikhlasan dalam ibadah mengisyaratkan kepada kita bahwa, setiap kali kita akan ibadah maka mulailah dengan keikhlasan. Keikhlasan maksudnya adalah merdekakanlah diri anda jika hendak ibadah dengan cara buanglah seluruh yang terkait dengan diri anda hingga tinggallah anda sendiri. Lalu beribadahlah. Jika anda tidak membuang segala apa yang terkait dengan anda, maka dapat dipastikan anda masih meng"hadap" pada Tuhan dengan kesombangan, sebagaimana saya dengan sombong tidak mengindahkan khutbah dan pesan khutbah karena tema yang tidak aktual menurut pikiran saya.
Pengetahuan, kecerdasan, inteleksi, jabatan, kekayaan dan kemiskinan dan lain sebagainya yang kita miliki, seharusnya tidak menjadi bagian dari diri kita ketika melaksanakan ibadah shalat termasuk shalat jum'at. Saat hal lain telah tiada, dan tinggallah diri anda sendiri, disitulah sujud anda akan betul-betul bermakna sujud.
Dan anda tidak akan lagi menyepelhkan pesan sekecil apapun dan dari siapapun dia.
Mari shalat...
makassar, jelang ibadah jum'at, 02 maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar